Jumat, 13 November 2020

Sangkala : Saksi Peradaban Majapahit

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana, isun amukti palap."


    Sumpah Palapa bermakna "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya baru akan melepas puasa. Jika mengalahkan Nusantara (baru saya akan) melepaskan puasa" Sumpah Palapa diutarakan oleh Sang Patih Melegenda, Gajah Mada, yang bertekad menyatukan seluruh wilayah Nusantara pada masa kejayaan Majapahit saat itu.
    Semua kisah ini berjalan seiring dengan Sangkala. Dimana Sangkala menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Majapahit mulai dari lokasi, awal berdiri, masa keemasan, keruntuhan, dan silsilah kerajaan.  

Lokasi Kerajaan🔍 

      Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293 -1500 M. Kerajaan bercorak Hindu terbesar ini, berlokasi di Jawa Timur, Indonesia dengan pusat pemerintahan di Trowulan, Mojokerto.
 

Awal Berdiri, Masa Kejayaan dan Keruntuhan🔍

    Pada mulanya, berdirinya Kerajaan Majapahit dilatarbelakangi oleh runtuhnya Kerajaan Singasari dan gugurnya Kertanegara akibat serangan Jayakatwang, Raja Kediri. Hal ini membuat Raden Wijaya, menantu Kertanegara, menyusun siasat menyerang balik Jayakatwang dengan membangun desa Majapahit di atas Hutan Terik, sekitar tepi Sungai Brantas. Hingga sekitar abad ke-13, Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang.
    Secara silih berganti, kepemimpinan Raden Wijaya digantikan oleh para keturunannya. Hingga pada masa pemerintahan Hayam Muruk (1350 - 1389 M), Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya. 
    Namun, setelah meninggalnya Hayam Muruk tahun 1389 M, mulai muncul tanda keruntuhan Majapahit akibat dari perebutan kekuasaan antara Pangeran Wikramawardhana dan Wirabhumi.  

Silsilah Kerajaan🔍



Raja I :Kertajasa Jayawardana atau Raden Wijaya (1309-1329 M), pendiri Kerajaan Majapahit.
Raja II :Jayanegara (1309-1328 M), putra Raden Wijaya dari pihak selir.
Raja III :Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350 M), adik Jayanegara.
Raja IV :Hayam Muruk (1350-1389 M), putra Tribhuwana dan Majapahit mencapai masa keemasan.
Raja V :Wikramawardhana (1389-1429 M), menantu Hayam Muruk yang berselisih dengan Wirabhumi, putra selir untuk merebutkan tahta kerajaan.
Raja VI :Sri Suhita (1429-1477 M), putri Wikramawardhana dari selir.
Raja VII :Kertawijaya (1477-1451 M), putra Wikramawardhana dari selir.
Raja VIII :Rajasawardhana (1451-1453 M), putra Kertawijaya.
Raja IX :Girisawardhana (1456-1466 M).
Raja X :Singhawikramawardhana (1466-1468 M), digulingkan kekuasaan oleh keponakannya, Bhre Kertabumi.
Raja XI :Bhre Kertabhumi (1468-1478 M),waktu kekuasaan singkat karena dikalahkan oleh putranya sendiri, Raden Patah.
Raja XII :Girinderawardhana (1474), menantu Bhre Kertabhumi dan ipar Raden Patah yang menjadi raja Majapahit dibawah kekuasaan Kesultanan Demak.

    Menelisik pada perjalanan Kerajaan Majapahit, semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam multikultural menjadi kunci utama kejayaan kerajaan. Melemahnya spirit Bhinneka Tunggal Ika akibat muncul konflik internal juga menjadi saksi, keruntuhan pamor dan kendali Majapahit. Maka dari itu, spirit Bhinneka Tunggal Ika penting ditanamkan sedari dulu, kini dan masa yang akan datang.


Artikel Terkait:

a    Referensi:
Purwadi. 2010. The History of Javanese Kings. Yogyakarta: Ragam Media.
Adrisijanti, Inajati. 2014. Majapahit : Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota. Yogyakarta : Kepel Press.
Irawan, Yudhi. Babad Majapahit Jilid I: Kencanawungu Naik Tahta. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sangkala : Saksi Peradaban Majapahit

"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring ...